Sabtu, 17 November 2007

Yohanes dan Injilnya



KITAB YOHANES


Penulis : Yohanes
Tema : Yesus, Putra Allah
Tanggal Penulisan: 80-95 M


Latar Belakang

Injil Yohanes adalah unik di antara keempat Injil. Injil ini mencatat banyak hal tentang pelayanan Yesus di daerah Yudea dan Yerusalem yang tidak ditulis oleh ketiga Injil yang lain, dan menyatakan dengan lebih sempurna rahasia tentang kepribadian Yesus. Penulis diidentifikasikan secara tidak langsung sebagai "murid yang dikasihi-Nya" (Yoh 13:23; Yoh 19:26; Yoh 20:2; Yoh 21:7,20*). Kesaksian tradisi Kekristenan serta bukti yang terkandung dalam Injil ini sendiri menunjukkan bahwa penulisnya adalah Yohanes anak Zebedeus, salah satu di antara dua belas murid dan anggota kelompok inti Kristus (Petrus, Yohanes, dan Yakobus).

Menurut beberapa sumber kuno, Yohanes, rasul yang sudah lanjut usianya, sementara tinggal di Efesus, diminta oleh para penatua di Asia untuk menulis "Injil yang rohani" ini untuk menyangkal suatu ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus yang dipimpin oleh seorang Yahudi berpengaruh bernama Cerinthus. Injil Yohanes tetap melayani gereja sebagai suatu pernyataan teologis yang sangat dalam tentang "kebenaran" yang menjelma di dalam diri Yesus Kristus.


Tujuan

Yohanes menyatakan tujuannya untuk tulisannya dalam Yoh 20:31, yaitu "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Naskah kuno Yunani dari Yohanes memakai satu dari dua bentuk waktu untuk kata Yunani yang diterjemahkan "percaya" (Yoh 20:31): yaitu _aorist subjunctive_ ("sehingga kamu dapat mulai mempercayai") dan _present subjunctive_ ("sehingga kamu dapat terus percaya"). Jikalau Yohanes bermaksud yang pertama, ia menulis untuk meyakinkan orang yang tidak percaya untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan diselamatkan. Kalau yang kedua, Yohanes menulis untuk menguatkan dasar iman supaya orang percaya dapat terus percaya kendatipun ada ajaran palsu, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bd. Yoh 17:3). Walaupun kedua tujuan ini didukung dalam kitab Yohanes, isi dari Injil ini pada umumnya mendukung yang kedua sebagai tujuan utama.


Survai

Injil keempat ini menyajikan bukti-bukti yang terpilih dengan cermat bahwa Yesus adalah Mesias Israel dan Putra Allah yang menjelma dan bukan anak angkat. Bukti-bukti yang mendukung termasuk:

(1) tujuh tanda (Yoh 2:1-11; Yoh 4:46-54; Yoh 5:2-18; Yoh 6:1-15; Yoh 6:16-21; Yoh 9:1-41; Yoh 11:1-46) dan tujuh ajaran (Yoh 3:1-21; Yoh 4:4-42; Yoh 5:19-47; Yoh 6:22-59; Yoh 7:37-44; Yoh 8:12-30; Yoh 10:1-21) sebagai penyingkapan Yesus tentang identitas-Nya yang sebenarnya;

(2) tujuh pernyataan "Aku adalah" (Yoh 6:35; Yoh 8:12; Yoh 10:7; Yoh 10:11; Yoh 11:25; Yoh 14:6; Yoh 15:1). Dengan pernyataan ini Yesus menyatakan secara kiasan peranan-Nya dalam penebusan umat manusia.

(3) Kebangkitan tubuh-Nya dari antara orang mati sebagai tanda terakhir dan puncak pembuktian bahwa Dia memang "Kristus, Anak Allah" (Yoh 20:31).


Injil Yohanes mempunyai dua bagian besar.

(1) Pasal 1-12 (Yoh 1:1--12:50)yang menyajikan kisah penjelmaan dan pelayanan umum Yesus. Sekalipun tujuh tanda yang meyakinkan, tujuh ajaran yang berbobot, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" yang menakjubkan, orang-orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias mereka.

(2) Setelah ditolak oleh umat perjanjian yang lama yaitu Israel, Yesus (pasal 13-21; Yoh 13:1--21:25) memusatkan perhatian pada murid-murid-Nya sebagai inti dari umat perjanjian yang baru (yaitu: gereja yang didirikan oleh-Nya). Pasal-pasal ini mencantumkan perjamuan terakhir (pasal 13; Yoh 13:1-20), ajaran terakhir (pasal 14-16; Yoh 14:1--16:33), dan doa-Nya yang terakhir (pasal 17; Yoh 17:1-25) untuk murid-murid-Nya dan semua orang percaya. Kemudian perjanjian baru diresmikan dan ditegakkan oleh kematian (pasal 18-19; Yoh 18:1--19:42) dan kebangkitan-Nya (pasal 20-21; Yoh 20:1--21:25).


Ciri-ciri Khas

Delapan penekanan utama menandai Injil ini.

(1) Keilahian Yesus sebagai "Anak Allah" ditekankan. Dari prolog Yohanes dengan pernyataan yang luar biasa, "kita telah melihat kemuliaan-Nya" (Yoh 1:14) sampai akhirnya dengan pengakuan Tomas, "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28), Yesus adalah Putra Allah yang menjadi manusia.

(2) Kata "percaya" yang dipakai sebanyak 98 kali adalah sama dengan menerima Kristus (Yoh 1:12) dan meliputi tanggapan hati (bukan saja mental) yang menghasilkan suatu komitmen dari seluruh kehidupan kepada Dia.

(3) "Hidup kekal" adalah konsep kunci dari Yohanes. Konsep ini bukan hanya menunjuk kepada suatu keberadaan tanpa akhir, tetapi lebih mengarah kepada perubahan mutu kehidupan yang datang melalui persatuan dengan Kristus. Hal ini mengakibatkan baik kebebasan dari perbudakan dosa dan setan-setan maupun pengenalan dan persekutuan yang makin bertumbuh dengan Allah.

(4) Pertemuan pribadi dengan Yesus diutamakan dalam Injil ini (tidak kurang dari 27).

(5) Pelayanan Roh Kudus memungkinkan orang percaya mengalami kehidupan dan kuasa Yesus secara terus-menerus setelah kematian dan kebangkitan Kristus.

(6) Injil ini menekankan "kebenaran" -- Yesus adalah kebenaran, Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Firman Allah adalah kebenaran. Kebenaran membebaskan orang (Yoh 8:32), menyucikan mereka (Yoh 15:3) serta berlawanan dengan kegiatan dan sifat Iblis (Yoh 8:44-47,51).

(7) Angka tujuh sangat menonjol: tujuh tanda, tujuh ajaran, dan tujuh pernyataan "Aku adalah" menegaskan siapa Yesus itu (bd. menonjolnya angka tujuh di dalam kitab Wahyu oleh penulis yang sama).

(8) Kata-kata dan konsep lainnya yang utama dari Yohanes adalah: "firman", "terang", "daging", "kasih", "kesaksian", "tahu", "kegelapan", dan "dunia".



PENULIS INJIL YOHANES


(1) Ada tradisi yang kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang menyatakan bahwa penulis Injil Yohanes adalah rasul Yohanes. Dalam Injil ini sendiri tidak ada hunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu dipertimbangkan dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan apakah ia dapat dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (kira-kira 150 Masehi) orang mengakui bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak menghunjuk kepada atau mengutip dari Injil Yohanes dalam suratnya kepada orang Filipi, tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini.

Satu-satunya penolakan terhadap kepenulisan oleh rasul Yohanes datang dari suatu kelompok yang dikenal dengan nama Alogoi, yang rupa-rupanya adalah suatu kelompok pecahan kecil di Roma. Pandangan mereka ditolak oleh Hyppolytus yang menulis pembelaan atas Injil Yohanes. Tidaklah mudah memastikan sejarah Yohanes sebelum Irenaeus. Tapi tentunya Injil Yohanes telah dianggap selaku kitab yang berwibawa untuk waktu yang cukup lama jika ditempatkan secara tak tertampkk pada taraf yang sama dengan ketiga injil lainnya selaku bagian dari Injil yang rangkap empat.

(2) Beberapa pertimbangan yang bersumberkan isi Injil Yohanes memperkuat, walaupun tidak memastikan kebenaran tradisi, sebagaimana misalnya: Yohanes 19:35, "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebesaran, supaya kamu juga percaya." Yohanes 21:24, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar."

Walaupun seluruh hunjukan ini dipahami secara berlainan oleh sementara ahli-ahli, namun adalah masuk akal untuk melihat ayat-ayat ini selaku
tuntutan penulis sendiri bahwa ia adalah saksi mata. Lagipula, Yohanes,
anak Zebedeus, tidak disinggung dalam Injil ini, sedangkan Yohanes Pembaptis hanya disebut Yohanes, tanpa penjelasan selanjutnya. Hal ini
pastilah lebih dapat dipahami jika penulis adalah Yohanes anak Zebedeus. Suatu pertimbangan selanjutnya ialah sebutan tanpa menyebut nama tentang "murid yang dikasihi Yesus", yang mungkin merupakan hunjukan kepada Yohanes, rasul itu. Beberapa orang menyanggah bahwa Yohanes menggambarkan dirinya dengan cara ini dan lebih cenderung memandang ini selaku bukti bahwa rasul 'bukanlah' penulis. Sementara orang lain memahami "murid yang dikasihi" itu sebagai Lazarus atau salah seorang pengikut lainnya dari Yesus. Tidaklah mungkin untuk sama sekali pasti, tapi hubungan dekat murid tersebut dengan Petrus menunjang pandangan, bahwa ia adalah Yohanes. Pandangan ini ditunjang pula dengan beberapa hunjukan yang menunjukkan hubungan yang sangat dekat dengan Yesus di kamar atas.

(3) Penulis nampaknya memiliki pengetahuan terinci tentang Palestina dan adat-istiadat Yahudi. Adalah masuk akal bila dia Yahudi Palestina,
walaupun bukti ini tidak menuntut hal ini. Ia dapat memperoleh informasinya dari sumber lain.

(4) Banyak rincian yang sambil lalu turut menyarankan bahwa pengamatan saksi mata berada di belakang Injil Yohanes, umpamanya jumlah tempayan air di Kana dan jumlahikan yang ditangkap di Danau Galilea ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid sesudah kebangkitan-Nya. Rincian-rincian seperti ini tidaklah hakiki dalam cerita, tetapi menambah hidupnya cerita.

(5) Sekalipun demikian, ciri-ciri Helenistis dari Injil Yohanes ini dikatakan oleh sementara orang justru melawan ketelitian tradisi purba, karena rasul Yohanes bukanlah Yahudi Helenistis. Lagipula, kesejajaran-kesejajaran dengan risalah-risalah filosofis non-Kristen yang dikenal dengan nama 'Hermetica' dikemukakan untuk mendukung pendapat ini. Melawannya,memang benar bahwa ada kesejajaran-kesejajaran dalam peristilahan Yohanes dengan Philo dari Alexandria dan Hermes, tapi ini tidaklah menunjukkan bahwa penulis haruslah seorang Helenis.
Beberapa kesejajaran pemikiran yang sama terdapat juga dalam kepustakaan Yahudi dari Qumran.

(6) Pengetahuan yang baik dari penulis tentang metode-metode pembahasan orang rabi adalah satu alasan lain mengapa beberapa ahli menolak kepenulisan rasuli, karena Yohanes adalah nelayan Galilea. Tapi harus pula diakui, bahwa pembahasan-pembahasan rabiniah ditemukan dalam ajaran Yesus, bukan dalam catatan penulis.

(7) Lagipula, nampaknya penulis Injil Yohanes mengambil sikap bermusuhan terhadap orang Yahudi, seolah-olah mereka adalah dari bangsa yang lain daripadanya, suatu hal yang agak mengejutkan bila sekiranya rasul Yohanes adalah penulisnya. Tapi ini dapat merupakan bukti tentang perasaan dalam diri seorang Kristen Yahudi tentang permusuhan bangsanya yang pahit terhadap Yesus.

(8) Teori-teori lain tentang penulis ini umumnya berusaha mempertahankan suatu hubungan antara rasul Yohanes dengan Injil ini
dengan memandangnya selaku saksi, sementara menduga adanya seorang penulis lain. Teori yang dikemukakan secara amat meluas ialah bahwa seorang Yohanes lain, dikenal dengan nama Penetua Yohanes, adalah penulis itu. bila ada dua orang Yohanes yang berhubungan sedemikian dekatnya dalam menghasilkan Injil ini, bukanlah tidak mungkin bahwa dapat timbul kekacauan antara mereka dalam tradisi purba. Tapi bahwa pernah ada seorang Penetua Yohanes tergantung pada ucapan Papias yang agak kabur, dan Papias tidak menyinggung sama sekali pada suatu Injil yang dituliskannya.

(9) Beberapa ahli menyangkal semua hubungan rasul Yohanes dengan Injil ini, dan mengatakan bahwa nama Yohanes dikaitkan dengannya untuk memperoleh wibawa rasuli.

(10) Dalam menghadapi semua pendapat yang beraneka ragam itu, orang Kristen memang tidak boleh dogmatis, namun pandangan bahwa rasul Yohanes menulis Injil Yohanes paling cocok dengan bukti-bukti dalam maupun luar. [ðððð]


Sumber:
The New Bible Commentary - Revised, Inter Varsity Press: London, © 1976

Sarapan Pagi